Kamis Pahing, 21 November 2024
Mahesa Sura dan Lembu Sura, sang penguasa gua yang bernama Kiskenda, ternyata menguasai ilmu kesaktian tingkat tinggi. Sehingga jika salah satu tewas, maka, ia akan bangkit kembali jika dilangkahi oleh saudaranya yang hidup.
Hatta, dahulu, di Pegunungan Mennoreh terdapat sebuah gua yang bernama Kiskenda yang didiami oleh kakak beradik yang berbadan manusia tinggi besar namun berkepala binatang. Keduanya tak lain adalah Mahesa Sura dan Lembu Sura, sosok sakti yang mengusai kesaktian tingkat tinggi. Hingga pada suatu malam, Mahesa Sura mimpi bersanding dengan Dewi Tara, putri Batara Indra, salah satu-penguasa kahyangan. Ketika tersadar dari mimpinya, kecantikan, kelembutan dan keanggunan Dewi Tara mampu membuatnya jadi tergila-gila. Sekali ini, ia ingin mewujudkan mimpinya itu menjadi kenyataan paginya, ia langsung memerintahkan adiknya, Lembu Sura berangkat ke kahyangan untuk melamar Dewi Tara.
Mendengar permintaan kakaknya, maka, Lembu Sura pun berusaha untuk mengingatkannya. "Kakanda Dewi Tara adalah dewi yang tercantik di kahyangan. Jadi, mana mungkin para dewa mengabulkan dan merestui keinginan Kakanda. Menurut dinda, urungkanlah niat itu," ujar Lembu Sura dengan hati-hati.
"Ha ha ha... rnana mungkin mereka berani menolak lamaranku," jawabnya dengan jumawa, "hanya aku yang paling sakti di jagat raya ini," sambungnya lagi. Lembu Sura terus berusaha mengingatkan, tapi apa daya, sang kakak, Mahesa Sura telah benar-benar lupa diri. Akhirnya, ia pun berangkat ke kahyangan untuk melamar Dewi Tara.
Dan benar, lamaran kakaknya langsung ditolak Lembu Sura pun kembali dengan tangan hampa. Mendengar penuturan sang adik, Mahesa Sura langsung naik darah. la tak bisa menerima penolakan itu, menurutnya, mimpi yang dialaminya bukan bunga tidur. Tapi kenyataan yang harus diwujudkan.
"Tampaknya mereka ingin mencoba kesaktianku," katanya dengan geram, "kalau begitu, tunggu, kalian akan menerima pelajaran dariku, Mahesa Sura," imbuhnya dengan menggelegar. "Lembu Sura ayo kita berangkat ke kahyangan sekarang juga," katanya. Lembu Sura tak kuasa untuk menolak, ia segera mengikuti sang kakak.
Setibanya di kahyangan, keduanya mengamuk dengan membabibuta. Para dewa tak kuasa menahan amukan keduanya. Setelah menghancurkan kahyangan beserta seluruh isinya, Mahesa Sura pun kembali dengan membawa Dewi Tara untuk dijadikan sebagai istrinya. Sepeninggal Mahesa Sura dan Lembu Sura, para dewa pun bermusyawarah untuk dapat menghukum keduanya sekaligus menyelamatkan Dewi Tara.
Akhirnya semua sepakat untuk menggunakan Ajian Pancasona suatu ilmu kesaktian maha dahsyat yang hanya bisa digunakan oleh orang yang berhati luhur, suci, dan mampu mengendalikan nafsu sehingga tidak digunakan dengan secara sewenang-wenang. Para dewa juga sepakat, Ajian Parcasona akan diberikan kepada Subali, putra Resi Gotama, yang sedang bertapa di Suryapringga dan sudah berbilang tahun bertapa di tempat itu dengan cara mematikan dan memusatkan seluruh pancaran jiwanya kepada sang pencipta untuk memohon ampunan atas segaia perbuatannya. Dalam kesatuan cipta, rasa, dan karsa, tiba-tiba, Subali terbangun karena kedatangan Batara Guru bersama Batara Narada dan para dewa lainnya. Subali langsung saja menghaturkan sembah.
Saat itu juga, terdengar suara Batara Guru, "Subali aku akan mernenuhi segala permintaanmu dengan syarat, tumpas angkara murka yang bersemayam di tubuh Mahesa Sura dsan Lembu Sura."
"Baik Pukulun tapi, bukankah kesaktian keduanya tiada bandingnya Tanya Subali.
"Kami akan memeberimu Ajian Pancasona. Tapi ingat, gunakan ajian pamungkas itu untuk perdamaian dan ketenteraman jagat raya," jawab Batara Guru.
"Hamba bersedia Pukulun,", kata Subali dengan mantap. Singkat kata, Subali pun menerima ajian pamungkas itu. Sekembalinya para dewa ke kahyangan, Subali langsung mengajak adiknya, Sugriwa, untuk membantu memerangi Mahesa Sura dan Lembu Sura. Setibanya di mulut Gua Kiskenda, Subali meminta adiknya untuk berjaga-jaga di depan mulut gua dengan waspada.
”Sugriwa, adikku, biar aku saja yang masuk ke dalam gua untuk menghadapi kedua makhluk itu," ujar Subali sambil bnerjalan masuk ke Gua Kiskenda. Tak lama kemudian, ia sudah keluar sambil membawa Dewi Tara dan berpesan, "Tolong jaga Dewi Tara. Aku akan menyelesaikan pertarungan dengan Mahesa Sura dan Lembu Sura."
"Jika darah yang mengalir keluar dari Gua Kiskenda berwarna merah, maka, akulah memenang pertarungan itu. Namun, jika darah berwarna putih yang mengalir, maka itu pertanda aku yang kalah dan segera tutup gua dengan batu besar!" sambungnya sambil berjalan masuk untuk kedua kalinya ke gua Kiskenda.
Di dalam gua pertarungan sengit pun kembali terjadi. hieski bertubuh kecil, namun, Subali mampu mengimbangi perlawanan kedua musuhnya yang bertubuh besar itu. Agaknya, tubuhnya yang kecil malahan membuatnya beruntung. la dapat menghindar dan balas menyerang dengan lincah. berkat Ajian Pancasona, ia berhasil membinasakan Lembu Sura. Namun, kegembiraan itu tak berlangsung lama. Betapa tidak, sesaat hatinya tercekat ketika melihat Lembu Sura hidup kembali setelah dilangkahi oleh Mahesa Sura.
Kejadian itu sempat berulang beberapa kali. Melihat kenyataan itu, Subali pun berpikir keras sambil terus berlompatan menghindari serangan dari Mahesa Sura dan Lembu Sura.
"Ternyata, mereka harus dibinasakan dengan secara bersamaan," demikian bisik hati Subali.
Tanpa menunggu beriama-lama, Subali langsung bertriwikrama. ia merubah dirinya menjadi lebih besar dari tubuh Mahesa Sura maupun Lembu Sura dan pada saat yang tepat, Subali berhasil memegang tengkuk kedua lawannya secara bersamaan dan membenturkannya. Tak ayal, kepala kedua makhluk itu pecah. Darah merah bercampur otak yang berwarna putih mengalir menganak sungai ke luar gua. Melihat darah merah bercarnpur putih mengalir dari dalam gua, Sugriwa pun terperanjat. la yakin, Subali pasti tewas bersama dengan salah satu musuhnya.
Oleh sebab itu, tanpa berpikir panjang, sesuai dengan pesan saudaranya, Sugriwa segera menutup pintu gua dengan batu besar dan membawa Dewi Tara kembali ke kahyangan. Sesampainya di kahyangan, keduanya disambut dengan sukacita. Di tengah kegembiraan, terbersit juga rasa sedih, betapa tidak, Subali telah mengorbankan nyawanya sendiri utuk kebebasan Dewi Tara. Berkat keberhasilannya, Sugriwa pun dianugerahi hadiah yakni Mempersunting Dewi Tar.
Sejatinya, Sugriwa merasa berat untuk menerima hadiah itu. Menurutnya, yang paling berhak menerima adalah Subali namun, karena yakin betapa sang kakak telah tewas, maka, ia pun bersedia menerima hadiah itu. Tak berapa lama kemudian, pesta pernikahan antara Sugriwa dengan Dewi Tara pun dilangsungkan. Nun jauh di sana, Subali yang baru saja mengalahkan Mahesa Sura dan Lembu Sura terperanjat ketika melihat pintu Gua Kiskenda tertutup rapat dengan batu besar. Merasa dikhianati oleh adiknya, ia langsung marah dan menendang batu besar yang menutup pintu gua hingga hancur berkeping-keping. Setelah itu, ia segera ke khayangan untuk mencari Sugriwa. Dan benar, setibanya di sana, ia melinat betapa Sugriwa sedang bersanding dengan Dewi Tara di peiaminan.
Dengan perasaan marah yang tak terkira, Subali pun berteriak, "Hai adikku kenapa engkau tega melakukan semua ini!"
Belum sempat Sugriwa menjelaskan, Subali telah melancarkan serangan yang mematikan. Karena merasa tak bersalah, maka, Sugriwa pun melakukan perlawanan. Pertarungan sengit antara hidup dan mati di antara keduanya pun tak terelakan, dan tak mungkin akan berakhir sekiranya sang ayah, Resi Gotama, tidak segera melerai. Setelah mendengar alasan Sugriwa, Resi Gotama menjadi sangat terkejut.
la tak menyangka, karena tak kuasa mengeridalikan diri, Subali telah membuat malu keluarga dan bahkan mengaku berdarah putih.... "Ingat anakku, tak ada seorang pun manusia di dunia yang berdarah putih. Karena engkau telah mengaku, kelak, engkau akan mati oleh ksatria titisan Batara Wisnu," demikian kata Resi Gotama.
Kata-kata Resi Gotama puri terbukti. Pada suatu masa, Subali tewas terkena panah sakti Prabu Rama Wijaya. Dan sebelum menghembuskan nafas terakhir, Subali pun sempat mengucapkan terima kasih kepada Rama karena telah membebaskan nafsu amarah yang melekat pada dirinya. Akhirnya, Sugriwa mendapat restu dari Resi Gotama untuk tetap menikah dengan Dewi Tara dan membangun kerajaan yang diberi nama Pancawati di Gua Kiskenda.