Selasa Legi, 5 November 2024
Menurut tutur yang berkembang di tengah tengah masyarakat di tanah tabalong, ada suatu peristiwa memilukan yang terjadi akibat sengketa antara manusia dan raja jin. Kala itu ada sebuah kerajaan yang besar, makmur dan kaya yang dipimpin oleh seorang raja yang bijak bestari dan didampingi oleh penasehat yang mumpuni sehingga tatanan pemerintahan berjalan dengan damai seolah tak terusik dengan hingar bingar dunia luar. Masyarakatnya mukim di hutan belantara nan lebat, dengan pusat pemerintahan di atas sebuah bukit dan pasar di sisi sebelah timur lembah.
Sementara itu, di sisi kerajaan, tumbuh sebatang pohon besar yang dihuni oleh Raja Jin yang belum beristri. Namun seiring dengan perjalanan waktu sekaligus untuk meningkatkan kesaktian yang dimilikinya, Raja Jin, harus segera mendapatkan pendamping hidup dari bangsa manusia. Hingga pada suatu hari, sang Raja bersama dengan sang putri nan jelita berjalan-jalan untuk meninjau hidup dan kehidupan masyarakatnya. Sang dara yang mulai beranjak dewasa itu ternyata mampu memikat siapa pun yang memandangnya boleh dikata, siapa pun yang melihat pasti akan jatuh cinta pada pandangan pertama. Dan pada waktu berikutnya, dengan diiringi punggawa pilihannya, sang Raja pun melakukan perburuan di hutan. Ketika kembali ke istana, hatinya langsung tercekat. Betapa tidak, didapati, putri kesayangannya tidak ada di pembaringannya. Ketika hal itu ditanyakan kepada sang permaisuri, yang didapat hanyalah gelengan kepala dan tangisan yang langsung memecah. Sontak istana pun gempar! Untuk mencegah berbagai hal yang tak diinginkan, Raja langsung memerintahkan hulubalang pilihannya untuk melakukan pencarian. Walau segenap kampung telah dimasuki, tetapi apa daya, sang putri seolah raib ditelan bumi. Di tengah-tengah kebingungan yang melanda seisi istana, paginya, keajaiban pun terjadi. Tanpa ada yang tahu, sang putri telah berada di pembaringannya dan tengah tertidur lelap.
Dengan diiringi oleh sang Raja, permaisuri pun langsung membangunkan si buah hati dan bertanya,
"Anakku apa yang terjadi?" Sang putri pun tergugu dan berusaha mencerna apa yang diucapkan oleh ibunya.
Setelah sejenak berusaha mengumpulkan segala ingatannya, dengan wajah penuh tanya sang putri pun menjawab, "Bunda, nanda serasa bermimpi", hanya itu yang terlontar dari mulut permaisuri.
Sambil mendekap kepala sang buah hati, kembali sang permaisuri membujuk, "Ceritakanlah mimpi nanda agar kami bisa menimbang mana yang baik dan mana yang buruk".
"Bersamaan dengan ayahanda berangkat berburu", demikian sang putri mulai bercerita, "ananda merasa berada di suatu negara dengan bangunan yang berlapiskan emas dan bertahtakan batu mulia. Di sana, ananda bertemu dengan seorang pangeran nan gagah perkasa dikawal oleh pasukan pilihannya yang tangguh".
Semua yang mendengar hanya mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti, namun, sang Raja seolah kurang percaya dengan apa yang diceritakan oleh anaknya. Tetapi apa yang terjadi malam berikutnya, kembali sang putri hilang bak ditelan bumi. Raja pun jadi makin penasaran. Penasihat kerajaan pun langsung dipanggil setelah mendengar cerita sang Raja. Penasihat kerajaan pun langsung melakukan ritual untuk melacak keberadaan sang putri. Paginya, di hadapan raja dan permaisuri, penasihat kerajaan pun menceritakan apa yang dilihat pada saat ia melakukan ritual. Sang Raja dan permaisuri pun terkejut dan langsung meminta putri tunggalnya untuk datang menghadap dan menceritakan apa yang selama ini dialami dalam mimpi-mimpinya. Ternyata, ceritanya tetap sama! Artinya, sang putri tidak berdusta!.
Hati sang Raja menjadi galau. Hingga pada suatu hari, penasihat kerajaan menemukan suatu cara untuk melacak keberadaan penculik tersebut. Siasat pun diatur, hingga pada suatu hari, dengan dibantu oleh beberapa hulubalang kepercayaan sang Raja, mereka pun membuat tali dari bahan purun (sejenis tanaman rawa yang biasa dipakai untuk membuat bakul) yang disambung-sambung hingga mencapai ratusan meter. Pada malam yang telah ditentukan, salah satu kaki sang putri yang tengah tertidur nyenyak di pembaringannya diikat dengan tali tersebut dan penjagaan di sekeliling istana pun ditingkatkan. Boleh dikata, saat itu, tak ada seekor nyamuk pun yang bisa masuk ke istana tanpa diketahui.
Menjelang tengah malam, salah seorang hulubalang langsung mendatangi sang Raja dan penasihat kerajaan sambil berbisik: "Mohon ampun, hamba melihat tali mulai bergerak-gerak bagai berjalan ke suatu arah".
Dengan penuh kehati-hatian, sang Raja beserta penasihat kerajaan dan para hulubalang, mengikuti tali tersebut hingga sampailah mereka ke sebatang pohon yang amat besar yang tumbuh di sisi istana. Kecuali lebat dan pekatnya hutan belantara, mereka tak menemukan keramaian, bangunan berlapis emas sebagaimana yang diceritakan oleh sang putri. Yang ada di depan mereka tak lain sebatang pohon besar yang agak condong dan amat terkenal keangkerannya, dengan dahannya menghadap ke arah matahari terbit.
Siangnya, seluruh hulubalang kerajaan langsung bergotongroyong menebang pohon tersebut tetapi, karena batang pohon tersebut luar biasa besar, sudah barang tentu, sampai menjelang senja pohon pun belum berhasil dirobohkan. Dan semua hulubalang yang terlibat pun beristirahat melepaskan lelah di sekitar pohon tersebut esoknya, kegemparan pun terjadi, para penebang tewas tanpa sebab yang jelas, sementara bekas tetakan parang dan kapak di batang pohon tak meninggalkan bekas sama sekali.
Raja pun bertambah geram, apalagi, sejak malam itu, sang putri tak pernah kembali lagi ke istana. Melihat kedukaan sang Raja, semua rakyat pun siap untuk membelanya dengan membawa senjata yang dimilikinya, seluruh lelaki dan pemuda langsung berkumpul dan mendatangi pohon angker itu. Sementara para lelaki dan pemuda menetakkan parang dan kapak ke batang pohon, para ibu-ibu pun memasak untuk menyiapkan makanan dan minuman bagi yang bekerja. Menjelang sore, pohon pun mulai condong ke arah selatan. Ketika para penebang semakin bersemangat untuk menumbangkan pohon tersebut mendadak, terdengar suara menggelegar yang memekakkan telinga.
Raja Jin benar-benar mengamuk karena melihat istananya dirusak oleh bangsa manusia. Sekali ini amukannya benar-benar mampu membuat tanah yang ada di sekitarnya amblas sehingga istana yang terletak lumayan jauh beserta seluruh penghuni dan isinya hilang tertelan bumi. Sedang salah satu ujung dahan pohon yang condong ke selatan, ternyata menimpa gunung lain yang jika didatangi memakan waktu sehari perjalanan. Bagi yang selamat, mereka pun membuat perkampungan baru, sementara, tanah amblas yang menelan kerajaan beserta seluruh penghuni dan isinya itu sampai sekarang tak pernah diketahui dengan tepat keberadaannya.