Kamis Pahing, 21 November 2024
Penanggalan jawa atau kalender jawa merupakan warisan leluhur tanah jawa sejak jaman hindu-budha yang diperkirakan sekitar tahun 78 masehi hingga sekitar berdirinya candi borobudur di Magelang Jawa Tengan tahun 700 M. Saat itu, masyarakat jawa kuno telah mengenal penanggalan yang disebut dengan kalender saka. Adapun penanggalan jawa yang dikenal pada periode sesudahnya diawali oleh tindakan dari Sultan Agung Mataram yang memaklumkan kalender baru yang kemudian sering pula disebut dengan Petangan Aboge (Alip Rebo Wage).
Keberadaan warisan leluhur jawa berupa kalender saka, konon diawali ketika Raja Sariwahana Ajisaka bertahta di India. Beliau merupakan pencipta abjad Jawa Hanacaraka (Carakan Jawa). Selanjutnya, diantara kalender saka dan kalender jawa, Sultan Agung ternyata memilki cara perhitungan yang sama, karena dihitung berdasarkan perjalanan bumi mengitari matahari yaitu perhitungan solair atau dalam bahasa arab disebut samsiyah.
Secara umum, sistem perhitungan kalender tersebut memiliki kesamaan berupa perhitungan : wuku, paringkelam, padewan, pedangan dll. Dengan sistem itu dapat diketahui bahwa dalam 1 tahun terdapat 12 bulan yang disebut dengan "Pranata Mangsa" yakni :
1. Kasal Kartika
2. Karo/Pusa
3. Katelu/Katiga
4. Kapat/Sitra
5. Kalimal Manggala
6. Kanem/Naya
7. Kapitu/Palguna
8. Kawalu/Wasika
9. Kasangal/Jita
10. Kasapuluh/Srawana
11. Dhesta/Padrawana
12. Sadha/Ajusi
Kalender penanggalan pranata mangsa tersebut sudah dimiliki masyarakat jawa sebelum agama hindu datang ke pulau jawa. Dan kalender pranata mangsa juga dapat disebut dengan kalender kaum tani karena pada jamannya memang dimanfaatkan sebagai pedoman untuk bertani.
Dalam memahami warisan leluhur yang kelak dilestarikan oleh Sultan Agung itu, tercapat dalam himpunan Primbon. Secara harfiah, "primbon" atau "paririmbon" berasal dari kata "rimbu" yang berarti simpan atau simpanan. Dengan demikian, primbon berisi tentang bermacam-macam catatan oleh suatu generasi yang diturunkan kepada generasi penerusnya.
Secara khusus, primbon sesungguhnya bukan merupakan pedoman mutlak yang tidak dapat diganggu gugat, tetapi bertujuan untuk menjadi pedoman, arahan dalam rangka mencapai keselamatan dan kesejahteraan lahir batin. Meski demikian, primbon jangan dipandang sebelah mata atau hanya sebagai mitos karena penyusunannya oleh para leluhur kita berdasarkan pengalaman yang panjang sehingga telah teruji karena bagaimanapun juga, Tuhan menciptakan pertanda-pertanda yang hanya dapat ditangkap oleh mereka yang telah mengujinya melalui pengalaman panjang.
Menurut R Tanaya (1966) sebagai Juru Paniti Pustaka, primbon jawa dikelompokan ke dalam 10 kitab ilmu kejawen. Selengkapnya adalah :
1. Primbon Jawa Bekti Jamal : berisi ilmu falak, petung alamat, tumbal kawruh (ramalan).
2. Kitab Weda Mantra : berisi kiasing ngelmu kasekten gaib, piwulang bab mantra atau kitab yang berisi ilmu kesaktian dan berbagai mantra/bacaan kejawen.
3. Wejangan Wali Sanga : berisi wejangan-wejangan wali sanga dalah laku-lakune (wejangan walisongo dan penjabarannya).
4. Kitab Mantra Yoga : berisi bab manunggale mantra warna-warna dalah katerangane (kitab kemanunggalan mantra dan keterangannya).
5. Jangka Ranggawarsita : berisi sabda pranawa, jaka lodhang, lan kalatidha (perhitungan jaman kalatidha).
6. Primbon Jawa : berisi kang ngemot sawarnaning primbon karahayan (segala macam perhitungan untuk keselamatan).
7. Primbon Sabda Amerta : primbon yang berisi perhitungan hari/dinten 7 dalam waktu perhitungan setiap 1 jam, saat melahirkan dan tabiat bayi menurut pasaran lima.
8. Serat Panangguhing Dhuwung : berisi keilmuan tentang keris.
9. Pustaka Raja : berisi mantra raja yoga mengenai kesaktian.
10. Primbon Sabda Sasmaya : berisi 170 wejangan/nasehat.
Dengan demikian 10 kitab kejawen tersebut menempatkan primbon jawa sebagai salah satu bagian dari keilmuan jawa kuno dan sampai hari ini masih digunakan oleh masyarakat khususnya orang jawa dalam melakukan perhitungan-perhitungan untuk menentukan hari pernikahan, pindah rumah, bepergian, kecocokan jodoh, arah hadap rumah dan lain sebagainya.