Kamis Pahing, 21 November 2024
Beberapa waktu yang lalu, kami sempat berkunjung ke desa Ciomas, kecamatan Sukahaji, Majalengka, Jawa Barat. Di sini terdapat beherapa tempat keramat, yang kerap didatangi orang dari berbagai penjuru. Di antaranya terdapat Keramat Buyut Buntu, tiga buah sumur keramat yang ada di depan bangunan makam Nyi Ciptarasa, makam Mak dan Pak Cio, Dangdeur Pugur, serta masih banyak lagi yang lainnya.
Mengawali investigasi di desa ini, kami menuju ke lokasi tiga sumur keramat dengan dipandu oleh Neng Dini, anak kenalanku yang masih duduk di bangku SMA. Keberadaan tempat keramat ini temyata agak jauh dan mesti ditempuh dengan berjalan kaki. Namun udara pegunungannya yang menyegarkan serta pemandangan alamnya yang menyejukkan mata membuat perjalanan terasa nyaman. Dan sekitar pukul sepuluh pagi, kami telah tiba di tempat yang dituju. Walaupun letaknya di pinggiran hutan, namun temyata keadaan disekitar tempat kéramat satu ini sangat bersih dan pemandangannya sungguh menawan sekali. Menurut keterangan masyarakat setempat, ketiga sumur yang nampak dangkal ini usianya telah mencapai ratusan tahun dan airnya tak pernah kering meskipun pada saat kemarau panjang. Dan bagi para pengunjung yang membutuhkan, bisa kangsung menciduknya dengan menggunakan gayung, tanpa perlu timba kerekan dan semacamnya.
Mereka yang datang ke sini, umumnya mempercayai bahwa air ketiga sumur memiliki kekuatan supranatural, yang bisa dimanfaatkan untuk beragam keperluan. Tak mengherankan jika pada hari-hari tertentu banyak dikunjungi peziarah, bahkan ada pula yang dari luar Pulau Jawa. Mereka datang dengan bermacam-macam niat dan tujuan. Sumur yang berada paling barat, disebut sumur Kajayaan (kejayaan). Di pinggiran sumur yang airnya sangat bening ini, tampak berserakan uang receh dan beberapa gambar uang kertas nominal seribuan bercampur-baur dengan aneka macam bunga. Menurut Pak Wirta, juru kunci Keramat Buyut Buntu dimana ketiga sumur ini merupakan bagian darinya, yang menaburkan uang dan bunga itu tak lain adalah para peziarah yang berharap mendapat keberkahan dari sumur tersebut. "Terus terang, saya sendiri belum pernah menyuruh mereka agar melakukan hal yang demikian, itu semua atas kemauan mereka sendiri," ungkapnya.
Masih menurut juru kunci, berdasarkan sejarahnya, Sumur Kajayaan memang sengaja dibuat oleh pendiri atau pembuka daerah Ciomas dengan tujuan untuk kejayaan. Dan dulu ketika memperjuangkan kemerdekaan, kabarnya banyak pejuang yang datang ke sini sebelum mereka maju ke medan laga. Tujuannya tentu saja agar dalam berperang melawan penjajah bisa berjaya alias menang. “Sampai sekarang sumur ini masih diyakini memiliki tuah. Itulah sebabnya banyak yang jauh-jauh sengaja datang ke sini, untuk sekadar mandi di Sumur Kajayaan. Mereka merasa yakin, banwa dengan mandi di sumur ini, maka akan berjaya dalam berbagai hal. Misalnya dalam berbisnis, berkarier, dan lain-lainnya," imbuh Pak Wirta.
Hal ini dibenarkan oleh seorang pengunjung yang baru saja mandi di Sumur Kajayaan. Menurut wanita muda berparas cantik yang mengaku pengusaha butik asal Jakarta itu, setelah mandi di sumur ini merasa lebih berhasil dalam menekuni usahanya. Karena itulah ia kini datang lagi untuk mengulangi ritualnya. “Saya sendiri tidak tahu, apakah perubahan yang terjadi lantaran Sumur Kajayaan memang benar-benar bertuah, atau hanya karena sugesti belaka. Tapi yang pasti, sebelum mandi, biasanya terlebih dahulu saya berdoa kepada Allah SWT, agar segala permaksudan saya dikabulkan olehNya," jelasnya kepada kami.
Sementara itu sumur kedua, yang letaknya kira-kira hanya 5 meter saja dari Sumur Kajayaan, disebut Sumur Mas. Menurut cerita yang beredar, kata ”Ciomas" suku Kata “Mas”-nya diambil dari nama sumur ini. Yang benar-benar mengherankan, sesuai dengan namanya, air sumur ini memang kelihatan berwama keemasan, demikian pula tanah bagian dasarya. Bahkan benda apa pun yang masuk ke dalam sumur, misalnya ranting pohon, tak lama kemudian jadi berubah wama karena diselimuti lumpur atau lumut berwama keemasan. ”Menurut cerita, dulu salah seorang pengiring Nyi Ciptarasa kehilangan sebuah perhiasannya yang terbuat dari emas. Dicari ke mana-mana tidak juga diketemukan. Pada suatu hari ada suara tanpa wujud mengatakan, bahwa perhiasan yang hilang itu jatuh di salah satu sumur dan larut bersama air. Sumur itulah yang kemudian dinamakan Sumur Mas dan airnya berwama keemasan. Dan menurut orang-orang yang pernah menggunakan airya, katanya sangat manjur untuk media pengasihan," jelas Pak Wirta.
Sumur Ketiga atau yang terakhir, orang biasa menyebutnya Sumur Kahuripan (kehidupan). Sumur ini letaknya tak jauh dari sumur kedua, hanya berkisar beberapa meter saja. Berbeda dengan Sumur Kajayaan dan Sumur Mas, Sumur Kahuripan airnya bersumber dari mata air yang dialirkan melalui pipa paralon. Dan saat kami berada di sini, beberapa orang peziarah tampak sedang antri mengambil air sumur ini yang katanya memiliki tuah bermacam~macam. Wadah air yang mereka bawa rata-rata menggunakan jerigen. Menurut keterangan Pak Wirta selain manfaatnya berbeda, penggunaan air dari ketiga sumur keramat ini pun demikian juga. "Air Sumur Kajayaan digunakan untuk mandi di tempat. Sumur Mas untuk keramas, juga dilakukan di tempat. Sedangkan Sumur Kahuripan airnya harus dibawa pulang, dan setibanya di rumah barulah digunakan mandi atau lainnya,” paparnya.
"Pada zaman perang melawan penjajah, sehabis bertempur banyak para pejuang yang datang ke sini untuk meamanfaatkan air Sumur Kahuripan. Ada yang bertujuan untuk menyembuhkan luka pada tubuhnya, mengembalikan semangat yang mengendur, mengembaiikan kekuatan fisik, dan lain-lain. Adapun zaman sekarang, diantaranya banyak yang berharap agar karier atau bisnisnya tetap berjalan dengan lancar," imbuh juru kunci. Berdasarkan penerawangan salah seorang supranaturalis yang kami temui di lokasi ini, konon Sumur Kahuripan dijaga oleh siluman ular hitam yang sangat besar, dengan mata merah menyala. Dia akan murka kepada orang-orang yang berani bertindak kurang sopan di tempat ini. Apalagi kaiau sampai mengencingi Sumur Kahuripan, bisa-bisa berakibat fatal bagi si pelakunya. “Karena itu, jangan sekali-kaii berbuat yang tak senonoh di tempat ini," uiar paranormal yang enggan disebutkan namanya itu.
"Sejauh ini orang-orang yang datang mengambil air dari ketiga sumur keramat yang ada di sini, rata-rata bersikap santun meskipun mungkin tidak tahu siapa penjaga gaibnya. Mereka berlaku demikian karena menghormati para sesepuh yang telah berjasa membuka tempat atau daerah Ciomas ini. Dan selama saya menjadi juru kunci, belum pernah terjadi peristiwa yang tidak diinginkan," ujar Pak Wirta. Ya, memang benar, para sesepuh yang telah berjasa harus dihormati dan melestarikan peninggalan-peninggalannya, jelas termasuk perbuatan menghormati mereka. Tapi yang mesti diingat, janganiah melakukan penghormatan secara berlebihan, apalagi mengharapkan berkah dari tempat-tempat tersebut dengan sama sekali mengabaikan kekuasaan Tuhan.
Selanjutnya, kami melangkahkan kaki menuju Dangdeur Pugur yang letaknya sebelah barat jalan raya jalur Sukahaji-Maja, sekitar tiga atau empat kilometer dari Keramat Nyi Ciptarasa. Tempat ini masih ada hubungannya dengan Keramat Sirah Dayeuh Ciomas, meskipun letaknya agak sedikit terpisah. Di sini, juga ada makam orang kuno yang telah berjasa membuka daerah Ciomas. Mereka dikenal dengan nama Pak Cio dan Mak Cio, Keduanya adala orang Cina, dan menurut keterangan, suku kata awal dari ”Ciomas", konon diambil dari nama tokoh tersebut. "Meskipun pohon dangdeur (randu alas) yang tumbuh di tempat ini sudah tidak ada dan yang tinggal hanya pohon beringin, namun nama tempat ini tetap saja tidak berubah yaitu Dangdeur Pugur," ujar Pak Nendi, supranaturalis muda yang rumahnya berjarak hanya beberapa puluh meter saja dari Keramat Dangdeur Pugur. Menurut keterangan Pak Nendi, di komplek Dangdeur Pugur terkadang nampak ada orang yang sedang melakukan tirakatan atau ritual untuk mendapatkan pesugihan. "Terus terang saja, saya sendiri pernah mencoba namun hanya sekedar ingin tahu. Bukan benar-benar hendak mencari pesugihan. Dan temyata memang benar, tempat ini bisa dijadikan sebagai ajang mencari kekayaan dengan jalan mengikat kontrak gaib dengan makhluk halus penunggunya," jelas Pak Nendi.
Dikisahkan, ketika itu pada suatu malam Pak Nendi datang ke keramat Dangdeur Pugur dengan maksud untuk melakukan tirakatan. Tepat tengah malam saat dia bersemedi, tiba-tiba dihadapannya muncul sesosok makhluk berwujud wanita cantik. Sosok gaib tersebut langsung menanyakan tentang apa yang dimintanya. Dengan cepat Pak Nendi menjawab bahwa dia ingin diberi kekayaan duniawi. "Temyata makhluk gaib itu bersedia memberi harta, bahkan tanpa tumbal. Tetapi katanya, selama memiliki pesugihan ini, si pelaku harus bersedia dijangkiti penyakit sejenis borok kecil sebesar kacang kedelai, namun gatal dan baunya minta ampun. Wah,tentu saja saya tidak mau. Lagi pula, saya kan melakukan semua itu hanya sekedar ingin tahu saja kisah Pak Nendi lebih jauh.
Ditambahkan, saat lelaku tidak sedikit godaan yang datang, bentuknya bermacam-macam. Di antara gangguan yang cukup mengganggu konsentrasi adalah munculnya sosok yang dikenal dengan nama Nini Balahak. “Makhluk ini wujudnya seperti nenek-nenek dan wajahnya seperti memakai bedak yang sangat tebal. Itulah sebabnya disebut Nini Balahak, atau nenek yang wajahnya mencorong karena tebalnyay bedak. Dan yang diganggunya bukan hanya orang yang sedang melakukan tirakatan saja, tetapi juga senang mengintip siapa saja yang sedang tidur di sekitar Dangdeur Pugur ini," jelas gelaki yang juga dikenal sebagai pengusaha peterakan sapi itu.
"Kalau Anda mau mencoba, saya bisa membantu. Perlengkapan ritualnya termasuk 5 kemenyan khusus, saya yang akan menyediakan," katanya kemudian kepada Kami. Menanggapi tawaran tersebut kami hanya tersenyum sambil tak lupa menjelaskan bahwa tujuan datang ke sini bukanlah hendak mencari pesugihan, melainkan untuk pembuatan konten. Ketika kami melihat-lihat keadaan di Keramat Dangdeur Pugur, tampak makam Pak Cio dan Mak Cio yang sudah tidak terawat dengan baik acak-acakan, bahkan kalau dilihat sepintas bentuknya seperti bukan kuburan. Yang aneh terjadi pada diri kami di tempat pesugihan ini adalah terjadinya penampakan gaib yang kadang tidak dikehendaki. Misalkan saja melihat sesosok tubuh manusia yang tidak ada kepalanya berada di atas pohon beringin. Tubuh itu sepertinya milik seorang wanita, terbukti dari kakinya yang kecil dan mulus tanpa bulu. Potongan tubuh tanpa kepala itu sesekali tampak menari-nari seolah ingin menakut-nakuti. Tentu saja kami tidak terlampau menghiraukan hal-hal semacam itu sebab yakin sepenuhnya bahwa penampankan ini hanyalah tipuan dari makhluk halus. Mereka sama sekali tidak akan berpengaruh, kalau kita tabah dan tak pernah takut pada mereka. Mendekati pukul 9 malam, dengan diiringi aneka macam suara serangga malam dan lolongan anjing di kejauhan, kami pun pamit melangkahkan kaki meninggalkan tempat misterius itu.