Selasa Legi, 5 November 2024
Kawasan bumi perkemahan dan graha wisata (buperta) cibubur, kerap dipilh menjadi lokasi perkemahan para pramuka. Bukan saja dari Jakarta dan sekitarnya, tapi juga dari wilayah lain di Indonesia. Lokasi ini juga identik dengan Jambore Nasional. Tetapi selain identik dengan pramuka, ternyata di sini juga ada hantu yang suka menganggu.
Buperta Cibubur terletak di Kelurahan Cibubur, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur. Lokasi perkemahan ini memiliki lahan seluas 210 Ha. Buperta yang mulai difungsikan pada 1973 tersebut awalnya adalah hutan karet. Seiring berjalannya waktu, kawasan Buperta tak lepas dari sentuhan renovasi yang semakin memudahkan pengunjung hingga sekarang. Kemudian mantan Presiden Soeharto meresmikan kawasan pada tahun 1981. Lahirnya karena peran besar Pramuka di Indonesia. Awalnya, lahan bumi perkemahan ini seluas hektar dan menyatu dengan Taman Bunga Wildatika Cibubur. Namun, karena proyek Jagorawi Iahan Buperta terpangkas menjadi 210 hektar dan berpisah dengan taman bunga itu. Saat ini Buperta Cibubur terbagi atas beberapa bagian yaitu areal perkemahan di hamparan rumput yang bebas seluas 80 Ha.Di area tersebut masih terbagi dua bagian yaitu Kemah Putra (Kempa) dan Kemah Putri (Kempi) yang mampu menampung hingga 20.000 orang.
Fasilitas lain yang ada di sini berupa lapangan utama, aula serbaguna, cafetaria, kolam renang, hutan wisata, danau, sarana peribadatan 5 agama dan toilet. Buperta menyediakan lokasi berkemah bagi siapa saja yang datang. Kegiatan yang bisa kita lakukan di sana bermacam-macam, seperti berkemah, outbound, bermain sepeda air di danau atau sekedar jalan-jalan. Sewa lokasi untuk berkemah juga sangat terjangkau. Jangan kuatir jika kita tak bawa perlengkapan kemah Buperta menyediakan tenda berbagai ukuran dengan harga kisaran Rp 40.000 sampai Rp 300.000. Jika kita tidak ingin berkemah, di sana juga tersedia penginapan berupa wisma yang nyaman.
Siapa sangka, di balik semua fasilitasnya yang cukup nyaman bagi pengunjung, ternyata Buperta Cibubur juga menyimpan kisah seram. Sudah jadi rahasia umum, jika kawasan perkemahan Cibubur dikenal cukup angker meski terletak dekat kota besar dan dikelilingi perumahan. Berbagai penampakan kerap muncul, hingga membuat sejumlah anggota pramuka jatuh sakit. Seperti yang dikisahkan oleh Yunita, seorang Pramuka Pandega yang tergabung dalam Satuan Karya (Saka) Bhayangkara. Ketika itu ia dan teman-temannya sesama anggota Saka Bhayangkara yang berpangkalan di Taman Lalulintas Buperta Cibubur itu tengah berpatroli dalam sebuah acara jambore yang diikuti Pramuka Penggalang (setingkat SMP) se-Indonesia. Tiba di dekat sebuah lokasi MCK (mandi, cuci, kakus) tak jauh dari tenda kontingen Nangroe Aceh Darussalam, ia dikejutkan dengan suara orang yang menjerit histeris. Sebagai anggota panitia yang ditugaskan menjaga keamanan, dengan sigap Yunita dan teman-temannya bergegas ke lokasi asal suara.
Di tempat itu gadis berusia 20 tahun itu mendapati seorang anggota penggalang putri dari Aceh sedang duduk lemas bersandar pada dinding kamar mandi seraya menatap ke suatu arah dengan wajah ketakutan. Takut terjadi apaapa, Yunita dan teman-temannya kemudian membawa penggalang putri itu ke perkemahannya. Setelah diberi minum dan terlihat agak tenang, penggalang putri itu lalu bercerita tentang kejadian yang dialaminya. Menurut dia, saat ia tengah mandi di toilet umum yang dibangun panitia penyelenggara, tiba-tiba ia merasa ada seseorang yang memperhatikannya. Namun, perasaan itu ia tepis karena saat itu memang banyak anggota pramuka lainnya yang mandi bersama. Apalagi, sore itu masih cukup terang. Tetapi, saat tengah asik membasuh badan, tiba-tiba ia melihat hal aneh di bak mandi, tepat saat ia menciduk air untuk membasuh wajahnya yang penuh busa sabun. Benar saja, ada kepala perempuan tanpa badan di dalam bak itu. Menatap dingin ke arahnya. Tak ayal ia menjerit, ningga akhirnya pingsan. Teman-temannya pun panik. Anggota itupun berkali-kali pingsan dan histeris Karena masih mengingat wajah perempuan di bak mandi itu.
Lain lagi, kisah dari teman seregunya. Saat tengah asik duduk menikmati malam yang cerah di luar tenda, tiba-tiba ia mencium bau yang sangat harum. Apesnya saat itu, teman-temannya sudah masuk tenda untuk beristirahat, ia tinggal sendirian. Tak lama setelahnya, ia melihat iring-iringan kuda dengan orang-orang berpakaian Jawa kuno di belakangnya. Sesaat wajahnya tak bisa dialihkan dari iring-iringan yang berjarak sekitar 6 meter darinya itu. Hingga akhirnya, iring-iringan itu menghilang di pengkolan jalan. Ia baru sadar dari keterpanaannya setelah salah seorang temannya menegurnya supaya tidur. Dengan hati ketakutan iapun lantas tidur menyusul teman-temannya.
Terakhir, kisah aneh dialami oleh dua anggota lainnya. Di malam terakhir pelaksanaan Jambore, saat semua anggota regu telah tertidur pulas, tiba-tiba terdengar bunyi tawa perempuan yang sangat nyaring. Anggota itu mengaku tidak pernah mendengar suara tawa seperti itu sebelumnya, tapi ia yakin itu adalah tawa peri dunia ghaib alias kuntilanak. Diselimuti rasa takut, ia mencoba untuk berdiam diri. Ternyata, salah satu rekannya ikut terbangun karena suara yang sama. Suara itu terdengar cukup lama, lebih dari lima menit. Mereka saling berpandangan, hingga akhirnya menutup mata dan memeluk teman seregu yang tidur di samping mereka.
Selain di areal perkemahan, danau yang terdapat di kawasan Buperta juga dikenal sebagai danau yang angker. Sekitar tahun 80-an di danau yang cukup luas tersebut pernah ditemukan mayat seorang wanita berseragam pramuka. Kabarnya sejak kejadian itu sering terlihat sosok wanita berseragam pramuka berdiam diri menghadap danau tetapia ketika didekati wanita berseragam pramuka itu lenyap entah kemana, yang terasa hanya hembusan angin yang menerpa wajah orang yang mendekatinya.
Selain gadis berseragam pramuka itu, di danau yang terkenal dengan nama Danau Situ Baru itu diyakini dihuni makhluk gaib lainnya. Penduduk setempat menamainya Si Mumun. Penghuni danau Buperta ini berwujud seorang perempuan yang konon berwajah cantik. Menurut penuturan seorang anggota Satuan Pengamanan (satpam) Buperta Cibubur bernama Taih, kisah tentang hantu Si Mumun telah dikenal masyarakat Cibubur, Pondok Ranggon, dan sekitarnya sejak lama. ”Masyarakat sini sin udah lama tahu tentang Si Mumun. Nama itu udah dikenal orang ketika Situ Baru masih bernama Rawa Jembiung,” terang Taih dengan Iogat Betawi pinggirannya.
Nama Situ Baru sendiri menurut catatan sejarah Buperta Cibubur mulai digunakan sejak bumi perkemahan itu diresmikan sebagai lokasi jambore nasionai. Jadi, sekitar tahun 1981 sebeIum seperti sekarang ini, Situ Baru saat masih bernama Rawa Jemblung dikenai sebagai danau yang penuh dengan tanaman air sehingga kadang orang yang tidak panam wilayah itu menganggapnya sebagai daratan biasa. Padahal bila seseorang menginjakkan kaki di atas tanaman air yang menyerupai rumput itu akan terperosok ke dalam air bahkan bisa tenggelam.
Nah, di masa ituiah Mumun mulai muncul Konon, menurut cerita penduduk, Mumun tadinya adalah seorang gadis desa setempat yang terkenai akan kecantikannya. Suatu ketika ia dipaksa kawin oleh orangtuanya dengan seorang pemuda anak orang kaya. Namun, karena dia sudah memiliki kekasih, Mumun tidak setuju dengan rencana perkawinannya itu. Tetapi orangtuanya tetap memaksa agar gadis itu menikah dengan pemuda idaman orangtuanya. Karena kesal dan tidak mau dikawin paksa, akhirnya Mumun pergi ke Rawa Jemblung dan memutuskan mengakhiri hidupnya di sana. Sejak itulah, arwahnya kerap muncul di wilayah yang kelak menjadi bumi perkemahan.
Sampai tahun 1990-an hantu si Mumun masih sering muncul di arena perkemahan. Namun kemunculannya tidak mengganggu, hanya sekedar menampakkan diri. Apalagi sekarang keadaan Buperta Cibubur tidak sesepi dulu. Karena tidak jauh dari gerbang masuk Buperta telah berdiri SPBU, macam-macam restoran dan berbagai sarana permainan sehingga kesan angker tidak begitu terasa lagi. Meskipun begitu, para pengunjung terutama para remaja tetap diingatkan agar tetap menjaga tingkah Iaku supaya tidak terjacii hal-hal yang tak diinginkan.