Kamis Pahing, 21 November 2024
Orang berpendapat bahwa sebuah mimpi hanyalah bunga tidur. Itu sepertinya betul adanya, dimana hampir tiap kali seseorang tertidur dihibur pengalaman indah dalam mimpi, tidak jarang mimpi jadi satu pertanda akan terjadinya suatu berita atau firasat buruk atau baik yang akan terjadi.
Mimpi paling berkesan tidak terlupakan ketika kelas 3 SMA. Menjelang UAS, siswa diwajibkan mengikuti pelajaran tambahan. Waktunya jam 15-17 WIT, dari Senin-Sabtu. Waktu itu kendaraan umum di kampung masih kurang. Siswa-siswi yang rumahnya jauh dari sekolah sering terlambat, baru tiba di rumah beberapa menit berangkat lagi ke sekolah. Suatu malam, saya bermimpi pergi ke sekolah pukul 14.15 WIT, seharusnya tiba di sekolah jam 14.45. Tapi dalam mimpi, sekolah sudah sepi ketika tiba di halaman. Dari jauh, tampak guru les IPA hari itu, Pak Yusuf, sudah siap pulang. Teman-temanpun tersisa satu dua orang.
"Aneh," pikirku.
Saya berjalan ke ruang Guru dekat pohon besar, di bawah pohon besar yang sejatinya ditumbuhi kembang Rose, dalam mimpi tampak ada lubang besar dan ada satu kepala Kerbau masih berdarah habis disembelih tergeletak di mulut lubang. Dan mata Kerbau itu menatap saya. Ngeri rasanya.
Di ruangan Pak Yusuf berkata, "pelajaran sudah selesai baru kamu datang."
Setelah itu ia mendorong motornya keluar dari halaman sekolah. Teman-teman sudah jauh keluar halaman sekolah seluas 0,5 ha itu. Dengan kecewa sayapun berjalan sendiri menyusuri jalan dari halaman sekolah menuju jalan raya berjarak 300 meter dari sekolah. Entah mengapa makin cepat melangkah makin berat kedua kaki berjalan. Terdengar suara "Pecci-pecci" serangga malam yang biasanya hidup di sekitar kuburan, suaranya ramai beterbangan. Saya makin takut.
Sekitar 50 meter dari pintu halaman sekolah, di bagian kanan di bukit kecil yang seharusnya ditempati kantin bakso, dalam mimpi di sana tempat ribuan mayat bertindihan, dan ketika menoleh lagi, yang tampak batok kepala manusia. Sayapun makin takut, ingin lari tapi kaki makin berat. Perlahan kaki melangkah satu-satu. Di sisi kiri jalan ada keranda mayat, di dalamnya satu tubuh orang bule, mungkin Belanda atau Inggris yang pernah menjajah Bulukumba. Kedua mata orang itu tertutup rapat, kedua lengannya di atas pusar layaknya orang mati. Kuku tangan putih dan panjang melingkar di pinggangnya entah berapa kali. Saya berdiri di sisi keranda. Tiba-tiba kumis putih orang itu bergerak, kedua bulu matanya bergerak, lalu terbuka, Mata itu merah membara memandang tajam. Saya makin takut, rasanya leher serasa tercekik. Kaki makin berat, perlahan melangkah menjauh.
"Ya Allah, tolong, bagaimana ini, hari sudah senja tidak ada mobil yang lewat. Aduh, kakiku. Beratnya. Bagaimana bisa tiba di rumah sebelum malam." Ingin menjerit, tiba-tiba ada sosok makhluk berdiri di kiri saya, tubuhnya pipih seperti papan rumah. Seperti boneka kayu tanpa hidung, mulut, telinga dan mata. Namun ia berjalan mengiringi saya. Dalam keadaan takut setengah mati, tangan pipih makhluk itu menggenggam tangan kiri saya. Terasa hangat, dan terdengar ia bersuara,
"elo'kol lisu? Akkafeddenno musyoe'ka'". Artinya, "mau pulang? tutup matamu, ikuti saya". Walau takut sayapun mengikuti ucapannya melafalkan kalimat-kalimat yang cukup panjang. Kemudian hening, Sayapun buka mata.
"alhamdulillah, sudah sampai," ucap saya sangat senang.
Saat itu terdengar suara, "kapan baru mau bangun?." Sayapun tercenung. Itu suara nenek.
"Oh? tadi itu? Alhamdulillah, cuma mimpi".
Sayapun segera sholat subuh dan sesudah melafazkan surah Al-fatihah, spontan saya melafalkan ayat-ayat yang baru saja saya ucapkan dalam mimpi. Bahkan sejak itu terasa nyaman dilafalkan ayat-ayat itu setiap sholat sesudah Al fatihah. Pada semester 8 SMA, rahasia tersirat dari mimpi itu mulai terkuak. Usai liburan akhir semester ganjil, SMA kami sebagai penyelenggara perkemahan pra Jambore Nasional di Sibolangit Sumatera Utara, ada dua siswa diutus mewakili pramuka tingkat Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Salah satunya siswi kelas dua di sekolah saya.
Menurut cerita, sekolah kami termasuk wilayah angker, maka sebelum peserta pramuka dari beberapa kecamatan tiba, diadakan uji coba dengan menugaskan dua regu. Satu regu putri, satu regu putra, ditemani guru pembina. Tugas kami memersiapkan lokasi perkemahan sekaligus sebagai umpan pada mahluk astral yang dikhawatirkan mengusik selama lima hari perkemahan. Singkat cerita, tidur di tenda di halaman sekolah kami lewati dengan riang.
Menjelang malam terakhir perkemahan yang berarti malam ke enam bagi kami, dua regu yang datang lebih awal, terjadi suatu keanehan. Dua orang siswi semester 6 mengalami kesurupan. Keduanya dibawa ke mess guru. Di sana sangat ramai. Saya menyaksikan siswi yang terbaring di ranjang. Ada yang aneh. Rupanya kedua jempol kaki, juga dua jempol tangan gadis itu digerakkan berdiri menyerupai tanduk kerbau dan gerakkan turun naik bagai ayunan diiringi suara mendesis. Kata teman, keadaan gadis itu serupa dengan keadaan gadis yang juga kesurupan di kamar sebelah.
Beberapa bulan kemudian di suatu Minggu siang, nenek menyuruh membenahi ruang tidur tamu. Kata nenek ada tamu akan menginap. Selesai membersihkan, saya berbaring di ranjang besar itu. Mata saya menatap ke sticker ayat Qursi di dinding. Sudah lama saya tahu itu sticker ayat Qursi, namun belum tahu apa rangkaian ayat dalam stiker itu. Sambil tiduran iseng saya baca huruf demi huruf, rasanya ayat itu sudah terhafal di luar kepala. Ternyata ayat itulah diucapkan manusia pipih dalam mimpi saya.
"Masya Allah," ucapku. "Ternyata mahluk gepeng dalam mimpi itu menuntun saya menghafal ayat Qursi?"
Sementara soal tumbal kepala kerbau ke lubang di halaman sekolah itu, saya peroleh setelah lebih dari sepuluh tahun kemudian. Suatu hari di tahun 2007 saya ke rumah Pak Yusuf, guru yang sudah pensiun. Saya ceritakan mimpi semasa SMA itu, dan Pak Yusuf berkata, "Itu gambaran peristiwa yang pernah terjadi ratusan tahun sebelum sekolah dibangun. Makanya kemudian dibangun Mushola pada lokasi yang kamu lihat banyak tengkorak manusia". Namun makhluk pipih yang bagai papan tipis dan rata tanpa mata, tanpa hidung, tanpa mulut namun mampu bersuara dan menuntun saya membaca Ayat Qursi, masih menjadi misteri hingga saat ini. Siapakah makhluk pipih itu?