Selasa Legi, 5 November 2024
Sebagai penyiar yang mengasuh acara Senandung Dinihari sebuah acara terkenal di salah satu radio swasta di kota Solo, Anhari - bukan nama sebenarnya - bisa dikatakan sebagai penyiar favorit. Ia punya banyak penggemar yang sebagiannya adalah gadis-gadis muda dari kalangan pelajar dan mahasiswi. Di antara para monitor, sebutan fans di radio swasta - adalah Telasih, seorang gadis yang mengaku tinggal di wilayah Surakarta di bagian timur.
Anhari selalu hafal kapan Telasih menelepon. Biasanya gadis itu akan menelepon pada jam-jam setelah pukul 01.00 dinihari. Dan bisa dipastikan lagu-lagu yang dia minta adalah lagu sendu.
"Dari Asih Telasih di Solo bagian timur. Minta lagu Selamat jalan Kekasih. Lagu in saya kirimkan untuk temanku yang tingga kawasan dekat Bengawan Solo." Demikian suara Telasih lewat telepon, dengan suara kha yaitu ada desahan yang menyertai, yang membuat siapun yang menerima telepon akan merasa terbuai.
Kebanyakan penggemar Anhari di radio adalah para cewek. Beberapa di antara penggemarnya pernah mengunjunginya di studio. Dan kebanyakan mereka adalah gadis-gadis muda yang kebanyakan berstatus sebagai mahasiswi. Walau begitu, Anhari selalu merasa rindu pada Telasih yang selalu menelepon setelah jam 01.00 dinihari. Walau gadis itu belum pernah sekalipun datang ke studio. Tidak seperti Rina, penggemarnya dari Boyolali yang telah beberapa kali mengirim coklat padanya. Atau Endang, yang malah bisa dikatakan penggemar beratnya Anhari. Karena tak hanya coklat yang dia kirim namun juga kiriman gudeg. Bahkan Endang hafal kapan, Anhari berulang tahun dan selalu tak lupa mengirim bunga pada penyiar.
Namun bagi Anhari, gadis-gadis itu hanya dianggap teman biasa, Yang diidolakan adalah Telasih. Yang suaranya mendesah dan seksi itu. Walau Anhari belum pernah melihatnya karena Telasih hanya menyapanya lewat telepon. Dia juga tidak pernah berkomunikasi lewat facebook, walau stasiun radio tempat Anhari bekerja punya akun facebook. Dan lewat facebook, para pendengarnya juga bisa minta lagu dan berkirim-kiriman. Namun karena begitu kasmarannya pada Telasih, membuat rekan-rekannya sesama penyiar sering meledeknya dan menganggap bodoh, kurang cantik apa Rina, penggemarnya yang dari Boyolali itu.
Juga apakah Endang tidak menarik. Apalagi Endang juga sangat perhatian padanya. Malah banyak kawan-kawannya sesama penyiar yang mengatakan, Jangan-jangan Telasih itu tidak secantik suaranya. Karena kurang cantik, maka ia tidak punya keberanian untuk mengunjungi studio radio tempat Anhari dan kawan-kawannya bekerja.
"Cantik atau tidak itu relatif. Hanya saja, saya sudah terlanjur kasmaran dengan Telasih," aku Anhari.
Pengakuan Anhari disambut tawa teman-temannya. Mereka malah menjuluki Anhari sebagai Sang Pemimpi. Dan kalau sudah jadi bahan olok-olokan, Anhari cuma senyum-senyum saja. Dia tetap yakin, Telasih punya wajah yang cantik. Secantik suaranya yang selalu ia dengar. Dan selalu membuat dia terbuai. Dan ketika beberapa hari. Telasih tak menyapa dalam siaran Senandung Dinihari. Anhari jadi bertanya-tanya, Jangan-jangan gadis pujaannya itu sedang sakit. Ingin rasanya dia menengok. Tapi Telasih tak pernah memberikan alamat secara jelas. Dia hanya bilang tinggal di Solo timur. Tentu saja banyak kampung yang ada di Solo sebelah timur.
Gara-gara tak pernah hadir di setiap acara yang dipandunya. Anhari pun sempat uring-uringan. Untung saja, tak lama Telasih menghilang. Dan pada pukul 01.30 dinihari, Telasih kembali menyapa. Tetap minta lagu galau. Dan ketika Anhari mencoba bertanya apakah Telasih lama tak muncul itu karena sakit. Gadis itu hanya terkikik dengan suaranya yang khas manja namun misterus.
"Hanya akan mempersiapkan acara khusus. Mas Anhari datang ya, pada acara hari ulang tahunku. Jam 01.00, di malam Jum'at Kliwon. Tempatnya di sebuah kafe di pinggir Bengawan Solo. Ini kafe baru mas. Namun romantis," papar Telasih.
Anhari sempat bertanya-tanya apakah ada kafe di tempat itu. Namun mungkin saja ada, karena ia juga tak pernah mengunjungi kawasan di Solo timur itu. Seperti pada malam yang telah ditentukan, Anhari sengaja minta izin tidak siaran. Acara Senandung Dinihari dipandu oleh penyiar lain. Anhari memang sangat ingin bertemu dengan wanita pujaan yang misterius itu. Ia tidak merasa curiga dengan acara yang diadakan pada dinihari. Malam Jum'at Kliwon lagi. Ia hanya merasa Telasih ingin memberikan sensasi baru pada Anhari, pria yang dianggap sebagai pria spesialnya. Ini sekaligus untuk membantah kawan-kawannya yang selama ini berpendapat kalau Telasih tidak cantik. Nanti kalau ternyata Telasih cantik dan mau menjadi kekasihnya, ia akan pamerkan di depan teman-temannya.
Anhari sengaja membawa handphone yang dilengkapi dengan fasilitas kamera. Bahkan nanti kalau gadis ini mau akan diajak untuk mengunjung stasiun radio tempat dia bekerja. Akan dia tunjukkan pada teman-teman yang meledeknya tentang kecantikan Telasih. Namun andaikata Telasih nanti tidak secantik suaranya. Wajahnya biasa-biasa saja. Dia tetap akan menjadikan gadis itu pacarnya. Karena ia sudah merasakan kalau gadis itu adalah pasangan hidupnya. Biarlah wajahnya tidak secantik bidadari. Namun yang penting hatinya baik.
Maka dengan hati dag-dig-dug, malam itu Anhari bersiap untuk mendatangi pesta ulang tahun gadis pujaannya. Malam yang ditunggu datang juga. la teiah sampai pada kafe tempat Telasih mengadakan pesta ulang tahun. Ternyata kafe yang jadi tempat acara telah disulap jadi romantis. Anhari sempat ragu-ragu karena tamu yang datang semua hadir dengan mobil mewah. Anhari sendiri datang dengan mengendarai sepeda motor bukan motor buatan terkini. Namun baru saja dia masuk ke ruangan pesta, ia sudah disongsong gadis cantik dengan gaun malam yang seksi.
"Mas Anhari ya..., saya kira tidak mau hadir. Saya Telasih Mas," kata gadis cantik itu sambil menghadiahi ciuman di pipi kanan dan kiri yang tentu saja, membuat Anhari jadi tersipu-sipu malu. Apalagi ia melihat banyak tamu yang hadir seperti bertanya-tanya tentang siapa dirinya. Namun Anhari juga tidak bisa berbuat apa-apa. Tangannya diseret diajak menemui orang tua Telasih yang tampaknya berada di ruangan tak jauh dari tempat itu.
"Ma, Pa, ini Mas Anhari, penyiar yang sering saya ceritakan. Tampan, kan?" Anhari hanya tersipu-sipu. Penyiar ini hanya mengangguk-angguk lalu bersalaman dengan mama dan papanya Telasih. la juga tidak bisa berkata apa-apa, karena Telasih kemudian memperkenalkan pada keluarga besarnya. Pada Om dan Tantenya Telasih, pada saudara-saudaranya Telasih yang ternyata sangat banyak sehingga ia tidak bisa menghafalnya. Anhari baru bisa melepaskan dari cekalan Telasih, ketika ada orang yang menyapa Telasih kalau acara dimulai. Saat itu, Anhari mencoba mencari tempat duduk yang layak untuk mengikuti upacara itu.
Suara musik yang tadinya gegap gempita pun berganti menjadi musik lembut. Tampak seorang yang ditunjuk jadi MC memberi isyarat acara akan dimulai. Para hadirin seperti tersihir menunggu dengan khidmat. Anhari sebagai tamu yang baik pun berusaha menempatkan diri dalam pesta uiang tahun yang mewah. Dalam hati, Anhari melihat ada sesuatu yang aneh dalam pesta itu. Mikrophone yang dibawa sang pembawa acara itu tampak aneh. Ia melihat, mikrophone itu berbentuk seperti ular. Dan saat memperhatikan lebih seksama lagi. Ternyata tak hanya berbentuk seperti tapi ular beneran. Karena terlihat ular itu meliuk-liuk.
Anhari yang dibesarkan dari keluarga yang taat beragama spontan mengucapkan istighfar. "Astaghfirullah hal adzim," teriaknya. Keadaan yang tadinya terang benderang tiba-tiba menjadi gelap gulita. Para hadirin pun menjerit. Orang-orang yang tadinya tampan dan ayu berubah menjadi menakutkan. Termasuk Telasih yang tadinya jadi bintang dalam pesta itu pun berubah menjadi sundel bolong. Juga kedua orang tua Telasih juga berubah jadi menakutkan. Mereka seolah marah pada Anhari yang membuat sesuatu jadi berantakan. Tempat yang tadinya indah pun berubah menjadi tempat yang becek di pinggir kali.
Anhari semakin ketakutan. la kemudian pingsan tak sadarkan diri. Esoknya masyarakat yang biasanya beraktifitas di tepian Bengawan Solo melihat ada laki-laki muda yang tampak tak sadarkan diri di tepian Bengawan Solo, tepatnya di bawah jembatan Jurug. Setelah diperiksa dari identitas diketahui, Anhari penyiar salah satu stasiun radio swasta ternama di Solo. Setelah dirawat, akhirnya Anhari sadar. Namun untuk berbicara ia masih kesulitan. Bahkan ia sering menjerit ketakutan. Seolah-olah ia melihat pemandangan yang menyeramkan.
Dan oleh orang tuanya, didatangkan salah satu tokoh agama dari sebuah pesantren terkenal di Solo. Oleh kyai yang sebut saja namanya Gus Miftah ini Anhari bisa disembuhkan. Oleh orang alim itu, Anhari diminta untuk banyak membaca surat-surat pendek setiap mau tidur. Dengan begitu makhluk dari dunia lain tidak mengganggunya. Pak Kyai juga mengatakan, agar Anhari lebih mendekatkan diri pada Tuhan tiap hari. Karena bisa jadi, Anhari digoda makhluk dari dunia lain karena selama ini sering melupakan sembahyangnya. Sering tergoda dengan godaan gebyar duniawi. Mendengar nasehat dari kyai muda itu. Anhari hanya bisa tersenyum malu-malu. la memang mengakui telah banyak melupakan sembahyang lima waktunya. Ini merupakan peringatan bagi saya yang selama ini agak jauh dari agama, ujarnya dalam hati.