Selasa Legi, 5 November 2024
Sepertl biasa pada malam minggu kami melakukan latihan untuk calon anggota baru, dan saya dan beberapa rekan yang lain pun hadir untuk memberikan latihan kepada para calon baru. Pada saat istirahat seorang teman saya, lwan, menghampiri untuk berbincang tentang ilmu meraga sukma tingkatan 3 di perguruan kami.
Iwan bermaksud meminta tolong menemaninya meraga sukma ke sebuah tempat yang berupa perbatasan wilayah pesawaran dengan Gadingrejo Lampung yang konon dihuni banyak jin. Saya menyanggupinya malam itu; karena memang wilayah itu ada dalam jadwal kami untuk menyambanginya. Menurut penuturan warga disana, di tempat itu sering kali muncul wanita cantik meminta tumpangan kepada pengguna jalan. "Tidak masalah jika Anda memberinya tumpangan, yang jadi masalah jika Anda mau memberikan tumpangan atau mengacuhkannya kata Mas Baron, salah warga Gadingrejo. Kebanyakan dari mereka yang mengacuhkannya akan mendapat masalah diperjalannya. Terus terang, ini merupakan masalah karena tidak semua dari kita berani memberi tumpangan kepada makhluk itu di tempat gelap pada saat waktu dini hari.
Slngkat cerita, saya dan Iwan pun kesana dengan wujud halus kami. Setibanya disana, kami disambut sesosok berjubah hitam dengan senjata berbentuk sabit. Senjatanya panjang dengan ujungnya yang bengkok. Di depan sebuah pintu masuk yang berwujud asap berputar berwarna pekat. Tiba tiba sang makhluk mengacungkan senjatanya itu ke arah kami, mungkin dia tidak berkenan dengan kehadiran kami itu. Saya pun segera membuat bentengan gaib berbentuk garis memanjang dihadapan kami untuk menahan ayunan senjata itu.
Bersamaan dengan bunyi hentakan senjata sang makhluk dengan bentengan yang saya buat, tiba-tiba sang makhluk terpekik tertahan dan mundur ke belakang. Rupanya di saat sang makhluk penjaga pintu itu mengacungkan senjatanya ke arah kami dan saya sedang membuat bentengan, Iwan ternyata melancarkan sebuah tembakan ke arah si makhluk tersebut. Sang makhluk pun kemudian menyerang kami dengan serangan yang semakin ganas, karena marah dengan teman saya tadi.
Tiba-tiba sesosok gadis cantik muncul menahan langkah serangan si penjaga pintu itu. Suasana pun tertahan sementara dari situasi menyerang tadi. Dengan batasan bentengan yang terbentang di hadapan kami, gadis itu pun bertanya maksud kedatangan kami ke tempat itu. Saya pun kemudian meminta maaf karena telah melukai salah satu dan mereka. ”Saya minta maaf karena telah melukai teman Anda. Teman saya hanya panik, karena diserang oleh teman Anda tadi. Dan kami tidak bermaksud jahat datang ke tempat ini, hanya saja berdasarkan penuturan masyarakat sekitar ada beberapa di antara makhluk penghuni tempat ini yang selalu usil kepada manusia yang biasa lewat di jalan ini. Makanya kami bermaksud memperjelas kebenaran berita tersebut."
"Memang kejadian itu biasa terjadi di tempat ini, tapi satu hal yang harus Anda tahu, itu bukan perbuatan makhluk penghuni tempat ini," sanggah sosok gadis jin itu. “ltu adalah perbuatan makhluk lain yang bukan dari penghuni tempat ini. Dia memang sering berada di tempat ini," jelas gadis bangsa jin kemudian. Jujur saja, saya sedikit ragu dengan penjelasan gadis jin itu, karena kita tidak bisa sepenuhnya percaya dengan kata-kata bangsa jin. Mereka pun bisa berbohong akan apa yang mereka katakan, tapi berhubung insiden yang terjadi diakibatkan teman saya; maka saya pun kemudian mohon diri untuk pamit clan tak lupa meminta maaf sekali lagi karena telah melukai salah satu dari mereka. Saya pun kemudian pulang bersama teman saya ke lokasi latihan kami, dan sedikit mengutarakan ketidakpuasan kepada teman saya karena telah melepaskan serangan tadi.
"Tidak seharusnya kita menyerang mereka, karena kita yang datang ke tempat mereka." Dengan nada sedikit mengancam kepada teman saya yang sebenarnya masih junior, bahwa saya tidak mau lagi jalan dengannya jika dia tidak bisa mengontrol dirinya Iagi. Iwan pun meminta maaf dan berjanji akan berusaha sebisa mungkin mengontrol dirinya. Dia mengerti kalau kita berada di alam seperti itu apapun bisa terjadi jika kita berbuat tanpa pertimbangan matang terlebih dahulu.
Singkat cerita, latihan pada malam itu pun segera berakhir. Saya pun pulang dan sesampainya didepan rumah, tiba-tiba sesosok makhluk ayu nan cantik menghampiri saya, yang ternyata merupakan makhluk yang tadi berada di perbatasan itu. Gadis bangsa jin itu pun bercerita lebih lanjut tentang pemukimannya, dan mengajak saya ke pemukimannya tersebut. Saya pun menerima ajakannya, tentu saja dengan wujud halus saya. Siapa coba lelaki yang tidak mau diajak jalan oleh gadis cantik seperti itu, apalagi dia yang menjadi tour guide kita. Singkat cerita akhirnya saya pun telah sampai ke tempat tujuan.
Namun bedanya kabut tebal pekat yang saya anggap pintu masuknya itu telah tiada, begitu pun dengan si penjaga.Sebagian tanan pun kemudian terangkat dan terlihatlah sebuah tangga menurun yang merupakan jalan masuk ke perkampungan jin di perbatasan ini. Saya pun mengikuti gadis jin itu masuk kedalam. Saya benar-benar melihat sebuah perkampungan sederhana yang sangat bersih. Rumah-rumah berdekatan satu sama lain, tapi tidak berdempetan. Saya tidak melihat satupun rumah yang terbuat dari semen, tapi semuanya rumah kayu sederhana yang tingginya cuma sekitar dua atau tiga meter. Jujur, ini pertama kalinya saya melihat perkampungan jin yang sederhana seperti ini.
Saya kemudian diajak ke sebuah rumah bertiang pendek yang tidak memiliki dinding. Gadis bangsa jin itu banyak bercerita tentang kehidupan makhluk mahluk disini. Setelah saya duduk di rumah itu. Namun karena tidak ada kursi duduknya hanya dengan menjuntai kaki mirip kalau lagi nongkrong di pos ronda. Tiba-tiba banyak sekali jin yang mendekat ke arah rumah tersebut. Saya sempat was-was, jangan-jangan ini jebakan dan saya bakal dikroyok ramai-ramai di tempat ini. Bagaimana saya tidak cemas setengah mati, coba kalau saya sampai dikroyok ratusan makhluk jin itu, bisa apa saya, di tempat mereka pula.
Semakin mereka mendekat saya semakin khawatir. Saya pun kemudian memfokuskan energi saya pada telapak tangan, berjaga-jaga kalau sampai saya di serang makhluk jin itu. Melihat tangan saya berkilau, beberapa dari mereka yang ada di barisan depan perlahan menghentikan langkah. Si gadis kemudian berpaling ke arah saya dan berkata, “Jangan lakukan itu! Mereka hanya ingin datang melihatmu. Kamu adalah tamu di sini, jadi mereka penasaran dan ingin melihat rupamu." "Oh, maafkan saya," jawab saya.
Saya pun kemudian membatalkan niat saya. Dan makhluk-makhluk itu kembali mendekat ke arah saya. Tidak satu pun dari makhluk itu bertampang seram, mereka layaknya kita wujudnya. Mereka pun mengamati saya dari ujung kaki hingga kepala saya. Ada satu makhluk yang menarik perhatian saya. Sesosok makhluk yang berwujud samurai, rambutnya dikuncir dan tentu saja sebuah samurai terselip di pinggangnya. Setelah puas mengamati saya, satu-persatu dari mereka pun pergi meninggalkan saya. Dan saya pun bermaksud pamit pada gadis bangsa jin itu. Kini saya benar-benar percaya jika makhluk-makhluk penghuni disana aclalah makhluk-makhluk yang tidak menggangu manusia. Saya pun pulang dan tentu saja tidak diantar lagi oleh gadis cantik dari bangsa jin itu.