Selasa Legi, 5 November 2024


Membahas Ayat Kerejekian


Rezeki menjadi salah satu wilayah Tuhan yang tidak diberitahukan kepada umat manusia, selain kematian dan jodoh. Tidak ada yang bisa memastikan apakah seseorang akan kaya atau melarat. Itu rahasia Tuhan. Tugas manusia hanya berupaya untuk mendapat rezeki yang diridhoiNya. 

Keluhan manusia yang bernada menyalahkan Tuhan acapkali kita dengar. Ada yang menggerutu tidak tidak adil karena sudah bekerja keras namun rezeki yang diharapkan tak kunjung didapat. Ada yang nyaris putus asa karena sudah berdoa saban waktu, sholat tak pernah tertinggal, tetapi rezekinya tetap seret. Ada juga yang mengatakan Tuhan tidak adil karena dirinya sudah berusaha mati-matian tetap miskin sementara tetangganya yang ongkang-ongkang kaki, hartanya terus bertambah. Seperti sudah disinggung di atas, rezeki seseorang tidak ada yang tahu. Berapa banyak, berapa besar, dan kapan waktunya akan sampai pada kita, tidak ada yang mengetahui. Tugas manusia hanya berdoa, bekerja dan berusaha. Selebihnya serahkan kepada Allah SWT. 

Menurut Ustadz Nasir, tugas untuk berdoa dan berusaha tidak boleh ditinggalkan dalam kondisi dan situasi seperti apapun. Sebab berdoa dan berusaha ibarat membuka pintu rezeki. Tanpa berdoa dan berusaha, jangan harap rezeki akan datang. 

"Berdoa dan berusaha tidak mengenal batas usia, batas kemampuan. Selagi kita bisa melakukannya, lakukanlah dengan ikhlas, dengan disertai pengharapan yang tulus akan ridho-Nya," ujar Ustadz Nasir di kediamannya di daerah Pojok Muara, Klapabunggal, Bogor, Jawa Barat. Lalu mengapa kita harus meminta dengan bahasa yang tepat? Adakah ayat atau bacaan khusus yang bisa mendatangkan kerezekian? Berikut wawancara kami dengan praktisi spiritual Ustad Nasir :

Ustadz, mengapa rezeki manusia berbeda-beda? Apakah ada kaitannya dengan kemalasan? 


Baca juga :

Sebeium menjawab apakah ada faktor kemalasan atau tidak, harus dilihat dulu latar belakang seseorang. Sebab pemahaman apa itu malas juga berbeda-beda. Ada orang yang kerjanya hanya leha-leha di kantor, duduk-duduk sambil ngopi, tapi gajinya besar, penghasilannya gede. Tetapi ada tukang becak yang keringatnya bercujcuran dapat uangnya hanya cukup untuk beli beras. Apakah orang yang kerja di kantoran tadi malas? Apakah si tukang becak tidak malas? Jawabannya akan sangat beragam. Nah, jika dilihat dari konteks itu maka malas tidak menjadi faktor seretnya rezeki. Tetapi kita lihat contoh lain. Tukang becak tadi bekerja dari pagi sampai sore, mangkal di tempat-tempat yang ramai orang, mendapat uang Rp 100 ribu. Sementara tukang becak yang di rumah saja, hanya menunggu ada yang minta diantar dengan becaknya, seharian itu tidak mendapat apa-apa karena tidak ada yang memanggil. Di sini faktor malas menjadi penyebab utamanya. Sebab andai tukang becak kedua mau mengikuti jejak tukang becak yang pertama, tentu dia akan mendapat pengahsilan. Jadi contoh tersebut menegaskan bahwa manusia harus berusaha, harus bekerja, sesuai dengan kemampuan dan tempatnya. 

Bagaimana dengan seseorang yang suka mengatakan Tuhan tidak adil karena tidak memberikan rezeki seperti yang diinginkan atau berbeda dengan orang lain? 

Kok menyalahkan, menggugat, keadilan Tuhan! Itu tidak benar. Allah SWT Maha Adil. Hal itu tidak usah ditanyakan atau diperdebatkan lagi. Tuhan Maha Tahu berapa untuk tiap-tiap hambanya. Setiap memiliki kebutuhan yang setiap manusia memiliki takaran rezekinya sehingga jika diberi melebihi takarannya sangat mungkin tidak akan bermanfaat, tapi malah membuat orang tersebut, keluar dari jalan Allah SWT. 

Tetapi karena manusia tidak ada yang tahu di mana batas takaran rezekinya, maka yang paling baik adalah terus berdoa dan berikhtiar untuk meraih rezeki sebanyak-banyaknya. Jangan nrimo saja. Syukur bila nanti sudah memiliki rezeki berlimpah, bisa digunakan di jalan Allah, menyebarkan firman Allah. Tuhan juga tidak senang melihat hambaNya hidup susah, terbelit kemiskinan karena kemiskinan sangat dekat dengan kekufuran. 

Ustadz, katanya ada ayat-ayat dalam kitab suci Al Quran yang mengandung kerezekian? 

Semua ayat dalam Al Quran adalah ayat kerezekian. Barang siapa rajin membaca dan mengamalkannya, niscaya akan dimudahkan rezekinya. Tetapi sebagian dari kita percaya, ada ayat-ayat yang tepat untuk dibaca sebagai doa kerezekian. Salah satu ayat yang banyak diamalkan kaum Muslim untuk mendapatkan keridhoan rezeki dari Allah SWT adalah surah Al Maidah ayat 114 yang berbunyi : "Qoola 'Eesab nu Maryamal laahumma Rabbanaaa anzil 'alainaa maaa'idatam minas samaaa'i takuunu lanaa 'iidal li awwalinaa wa aakirinaa wa Aayatam minka warzuqnaa wa Anta khairur raaziqiin"

Artinya : Isa putra Maryam berdoa, "Ya Tuhan kami, turunkanlah kepada kami hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang sekarang bersama kami maupun yang datang setelah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; berilah kami rezeki, dan Engkaulah sebaik-baik pemberi rezeki."

Apakah cukup dibaca setiap habis sholat atau ada tuntunan lainnya, Ustadz? 

Bacalah surat Al Maidah 114 sebanyak 99 kali, setelah sebelumnya membaca "Ya Fattahu Ya a'limu" sebanyak 19 kali. Setelah itu secara rutin, setiap selesai sholat fardu, bacalah minimal 3 kali setelah membaca "Ya Fattahu Ya A'limu". Insha Allah bermanfaat bagi kelancaran rezeki yang mengamalkannya. Namun ingat, rezeki yang haruslah digunakan untuk kebutuhannya, bukan memenuhi keinginannya. Lebih bagus lagi Oca digunakan untuk syiar di jalan Allah. 

Ayat Seribu Dinar 

Salah satu ayat dalam Al Quran yang juga diyakini sebagai ayat kerezekian adalah surat Ath Thalaq ayat 2-3. Bahkan sejumlah kalangan memberinya nama ayat "Seribu Dinar" yang bunyinya sebagai berikut :

"fa iza balagna ajalahunna fa amsikụhunna bima'rụfin au fariqụhunna bima'rụfiw wa asy-hidụ żawai 'adlim mingkum wa aqīmusy-syahādata lillāh, zalikum yu'azu bihi mang kana yu'minu bilahi wal-yaumil-akhir, wa may yattaqillaha yaj'al lahụ makhraja. Wa yarzuq-hu min ḥaiṡu la yaḥtasib, wa may yatawakkal 'alallahi fa huwa ḥasbuh, innallaha baligu amrih, qad ja'alallahu likulli syai'ing qadra" (Surat At-Talaq Ayat 2-3)

Artinya : Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan Allah memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. 

Oleh sebagian orang ayat Ath Thalaq kemudian dijadikan jimat untuk mendapat kekayaan melalui amalan tertentu. Tidak heran jika ayat tersebut lebih dikenal dengan sebutan ayat Seribu Dinar. Ada syarat-syarat tertentu yang harus diamalkan seperti keharusan membacanya 1000 kali. Ada juga yang mengaitkannya dengan ayat lain yakni Al Maidah 114.

Untuk menguatkan keyakinannya, dikisahkan suatu peristiwa di mana seorang pedagang bermimpi didatangi oleh Nabi Khidir AS. Beliau memerintahkan si pedagang agar mengeluarkan sedekah sebesar seribu dinar emas kepada fakir - miskin. Setelah sedekah ini ditunaikan, Nabi Khidir kembali datang lewat mimpi untuk mengajarkan ayat-ayat suci kepada pedagang tadi guna diamalkan setiap hari agar ia terhindar dari bahaya dan malapetaka. Suatu ketika sang pedagang pergi berlayar ke tanah seberang sambil membawa harta kekayaannya. Di tengah pelayaran tersebut kapai yang ia tumpangi hancur-lebur diterjang. Sang pedagang menjadi satu-satunya penumpang kapal yang selamat dari musibah dan terdampar di daratan seberang bersama seturuh harta kekayaan yang dibawanya.

Di tempat baru itu, si pedagang membangun bisnisnya hingga kaya raya dan menjadi raja. Konon ayat yang Nabi Khidir kepada pedagang tersebut adalah surat Ath Thalaq khususnya ayat 2 dan 3. Sejak itu sejumlah orang menamakan ayat tersebut sebagai ayat Seribu Dinar karena ada tiga hal yang dijanjikan Allah SWT lewat surat Ath Thalaaq ayat 2 - 3, yaitu rezeki, keselamatan dan kemudahan. Bagi yang mengamal ayat tersebut maka harus memenuhi ketentuan seperti kewajiban membaca surat Al Fatihah pada malam pertama setiap bulan kalender Hijriyah sebanyak 1000 kali dan membaca surat Al Maidah ayat 114. Lalu baca ayat Ath Thalaq ayat 2-3 sebanyak 21 kali. Kemudian dilanjutkan dengan membaca asma Allah. Ada juga yang menjadikannya sebagai jimat berbentuk rajah di mana benda itu kemudian dijadikan kalung agar rezekinya lancar.







 


SUPRANATURAL

Supranatural (supra berarti "atas" dan "nature" yang berarti alam, pertama kali digunakan: 1520-1530 M)[1] adalah sebutan untuk kejadian yang tidak bisa dijelaskan dengan hukum alam, atau berada di atas dan di luar alam. Supranatural sering dikaitkan dengan paranormal atau okultisme.

GEOMANCY

Metode ramalan yang menggunakan bumi sebagai mediumnya yakni dengan menafsirkan bentuk tanah dan pengaruh arus bumi. Metode ini termasuk juga menafsirkan titik-titik bumi, pola-pola yang dihasilkan oleh segenggam tanah yang jatuh ke dataran, menafsirkan gundukan, bunyi dan gerakan retakan-retakan yang dihasilkan oleh lumpur yang mengering.




RAMALAN


Grup Telegram Dunia Gaib

belajar metafisika